How to master your habits |
Buku ini menyadarkan kita betapa
pentingnya mengendalikan habits/kebiasaan dan menerangkan bagaimana
membentuk dan mengontrol kebiasaan-kebiasaan yang kita miliki untuk mencapai
tujuan kita. Kita harus mengendalikan habits yang ada pada
kita bukan sebaliknya, kita diatur oleh habits tersebut. Kita
harus dapat menjaga habits baik dan membuang habits buruk.
Agar kita menjadi manusia yang bernilai, karena nilai kita sebagai manusia
ditentukan oleh habits yang ada pada kita. Orang-orang menilai
kita berdasarkan habits yang kita miliki. So, Master Your Habits!! Tulisan
ini berisi sedikit rangkuman buku tersebut.
Kenapa Habits?
Hal-hal yang tidak ‘biasa
terjadi’ itu yang membuat kita takjub. Bagi orang-orang hebat/sukses melakukan
hal istimewa/tak biasa adalah hal biasa.
“Kita menilai seseorang
dari habits/kebiasaannya karena kita (manusia) adalah gabungan
beberapa habits.Habits adalah penentu kepribadian
kita. Habits adalah pembentuk kepribadian kita di mata orang
lain, yang membuat kita berharga di hadapan orang lain.”
“Seorang pemimpin memiliki habis
yang lebih baik daripada yang dipimpinnya.”
Orang-orang yang bisa
sholat tepat waktu, berjamaah dan selalu di Masjid walaupun sibuk, bagi saya
itu ‘tidak biasa’ atau ‘luar biasa’. Para ilmuwan-limuwan muslim hebat dulu,
yang menguasai ilmu agama, juga seorang yang cerdas di bidang-bidang lain,
sungguh menginspirasi.
Kunci dari menjadi ‘tidak
biasa’, yang saya dapat dari buku itu adalah
“Membuat sesuatu yang ‘tidak
biasa’ menjadi ‘biasa’ adalah dengan membiasakannya (habits).
“
Lebih jauh
“Habits menentukan
berhasil tidaknya diri kita dalam hidup.”
Apa itu habits?
“Habits adalah segala
sesuatu yang kita lakukan secara otomatis, bahkan melakukannya tanpa berpikir.
Proses otomatisasi terhadap respons disebut habits.”
Bayangkan jika perilaku-perilaku
baik sudah menjadi habits kita. Keren kan!! Secara
spontan apabila ada kesempatan berbuat baik, pasti kita akan melakukannya tanpa
berpikir. Sekali lagi, tanpa berpikir. Karena sering kali, karena terlalu
banyak berpikir malah tidak jadi melakukannya.
“Rajin, kreatif adalah habits.
Sukses, kaya adalah hasil dari habits.”
“Habits ibarat
autopilot pada diri manusia yang menentukan bagaimana merespon terhadap kondisi
tertentu, atau pembiasaan respons terhadap kondisi tertentu. Penelitian
menunjukkan dari 11.000 sinyal yang diterima otak manusia, 40% diproses secara
sadar, 60% secara otomatis/refleks. 95% dari respons manusia terjadi secara
otomatis”
Habits & Goal
of Life
Habits yang
ingin kita bentuk pasti adalah habits yang baik. Baik buruknya
satu habits tergantung penilaian kita, yang dipengaruhi oleh
pemikiran/ideologi atau dalam islam disebut aqidah.
“Pemikiran adalah pangkal
daripada kepribadian, karena pemikiran yang menentukkan keyakinan, tujuan-cara
pandang hidup sampai aktivitas”.
Jadi, pemikiran mengarahkan habits yang
ingin kita bentuk. Bagi seorang muslim, tujuan hidup di dunia adalah untuk
beribadah, karena keyakinan bahwa dunia hanya sementara. Oleh karena itu, selam
hidup akan mengupayakan menjalankan perintah-perintah Allah SWT.
Berbeda pemikiran, maka akan
berbeda cara memandang hidup. Bagi kaum materialis, “duit adalah segalanya”.
Bagi kaum agak-materialis, muncul slogan “ duit bukan segalanya, tapi segalanya
perlu duit.” atau dapat pula diartikan “kaya itu wajib”.
Nah, bagi muslim, “tidak dilarang
kaya, tapi muslim akan lebih tertarik pada aktivitas-aktivitas yang
mengantarkan pada tujuannya, bukan terjebak pada (usaha) mendapat perantaranya”
Kita adalah
kumpulan-kumpulan habits” Jadi, Kita harus bisa punya kemampuan
mengatur habits-habitstersebut, mempertahankan habits yang
baik, membuang habits yang buru. Kita harus bisa
memanipulasi habitskita untuk tujuan hidup, bukan sebaliknya.
Kunci dari
mengarahkan/mengendalikan habits adalah ketegasan atau
komitmen. Saat kita sudah mampu mengendalikannya, maka
“Habits adalah
pelayan kita, pekerja kita. Seandainya kita telah cukup mengajarinya, maka
mereka akan melakukan hal itu secara otomatis.”
Agar perilaku dapat menjadi habits,
maka perlu pengulangan dalam tempo waktu tertentu, hingga kita tanpa sadar
telah terbiasa melakukannya, ya tanpa berpikir.
“Habits adalah hasil
daripada pengulangan suatu aktivitas diulang dalam ajang waktu yang lama.”
Habits dan
Akal/Pemikiran
Pada bagian sebelumnya, pemikiran
menentukan tujuan hidup, yang nantinya mempengaruhi pembentukanhabits yang
sesuai. Nah, keberhasilan membentuk habits baru tidak terlalu
dipengaruhi oleh pemikiran.
“Dalam menciptakan habits,
peran akal/pemikiran tidak dominan”. Faktor utama
pembentuk habits adalahPractice (Latihan) dan Repetition (Pengulangan)
yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu.
Practice berfungsi
menentukan apa yang kita lakuan sudah benar atau belum, dan Repetition akan
menyempurnakannya.
“Practice makes
Rights, Repetition makes perfect” begitulah
“Dalam manajemen, practice adalah
efektivitas, repetition adalah efisiensi.”
Repetisi adalah kunci
membentuk habits. Inilah fungsi ketegasan kita bermain, selalu
komitmen dengan perubahan untuk membentuk habits baru.
“Setiap repits akan
memperkuat habits, dan habits yang kuat akan
menuntut repetisi” yang disebut Spiral of Habits.
Hal ini sesuai dengan perkataan
Imam Syafi’i tentang syarat menguasai ilmu, yaitu:
Kecerdasan, bersemangat,
kesungguhan, bekal (investasi) pembimbing, dan waktu yang lama.
Instaling Habits
Dalam membentuk habits,
hal tersulit adalah memulai. Kemudian konsistensi mengulangi habits.
Ada 3 tips untuk mempermudah meng-instal habits, yang dimulai
dengan pertanyaan-pertanyaan dasar untuk memperkokoh tekad membentuk habits baru.
Hal ini sesuai dengan perkataan Ibnu Syihab:
“Ilmu adalah gudang-gudang
penyimpanan, dan pertanyaan adalah kuncinya.” Ketika telah cukup
mempunyai kunci, maka semakin besar kemauan kita membukanya.
Ketiga pertanyaan itu adalah sbb:
1. Why? “Why
must I doing This?”
Pertanyaan why atau
mengapa/kenapa, akan menjadi pendorong untuk melakukan sesuatu.
2. What? “What
do I Wat Exactly?”
Pertanyaan apa, “Apa yang saya
inginkan sebenarnya?” akan menjadi daya tarik, karena dengan menjawab
pertanyaan tersebut kita akan mendapat tujuan.
3. How? “How many days?”
Pertanyaan tentang seberapa lama
kita harus konsisten melakukan kegiatan habits (repetisi)
sampai habits ter-instal dengan baik. Pada dasarnya semakin
sulit habits yang ingin kita bentuk, semakin lama waktu yang
dibutuhkan. Namun, berdasarkan pengalaman minimal dibutuhkan 30 hari. Analogi
ini, seperti halnya kita berpuasa di bulan Ramadhan. Selama itu, kita dilatih
untuk menjadi manusia-manusia yang lebih bertakwa. Melatih hawa nafsu dan
lain-lain.
Motivasi Habits
Pada poin di atas,
disebutkan bahwa dalam membentuk habits baru
dipengaruhi oleh motivasi (ditunjukkan pada poin 1 dan 2). Namun, jangan
khawatir bahwa habits yang kita bentuk akan tetap kita
dapatkan, walau tanpa motivasi. Kok bisa?? Iya, karena kuncinya adalah “practice”
dan “repetition” yang dilakukan selama selang waktu tertentu (poin 3).
“InsyaAllah, dengan practice dan repetition,
maka terpaksa atau sukarela habits akan terbentuk. Jadi bukan
besarnya motivasi yang menentukan. Just, do It!.”
“Habits kebanyakan
terbentuk karena pengkondisian dan pembiasan habits.”
Luck dan Habits
Pernah dengar hukum aksi-reaksi,
pelajar fisika SMA. Hukum tersebut, menjelaskan bahwa setiap gaya yang kita
berikan ke suatu benda/bidang maka akan memunculkan aksi serupa tapi
berlawanan. Atau pepatah, “barang siapa menanam benih, maka ia akan menuai buahnya.”
Pada prinsipnya, setiap kebaikan ataupun keburukan pasti ada balasannya.
Tentang kapan, itu urusan Sang pencipta, dimensi waktu. Hukum karma. Nah,
begitu juga hubungan habits dan luck (keberuntungan).
“Luck is a part of habits.”
Keberuntungan identik dengan
mendapatkan sesuatu kebaikan/pertolongan/bantuan tanpa kita duga. Nah, lawannya
adalah kesialan. Jadi, apabila kita punya habits yang baik,
maka kita semakin dekat dengan keberuntungan. Masuk akal, kan?
“Keberuntungan bukanlah sebuah
kejadian acak dan kebetulan.”
“Ada sebab-sebab baik yang
dilakukan sebelumnya keberuntungan datang.”
“Ciptakan keberuntungan
dengan habits, jangan menunggu keberuntungan.”
“Keberuntungan adalah persiapan
dikali kesempatan.”
“Persiapan dapat kita ‘pilih’.”
Dimensi kita untuk mengusahakan berbuat baik.
“Kesempatan tidak dapat kita
‘pilih’.” Dimensi waktu, untuk menuai perbuatan baik kita.
To Be an Expert
Pada kondisi ini, habits telah
terbentuk dan tertanam dengan baik. Selanjutnya adalah meningkatkan
‘level’-nya.
“Setelah habits terbentuk,
kemudian dikembangkan menjadi expertise (keahlian).”
Pada tahap ini, kita mulai
mengajarkan habits baik kita kepada orang lain.
“Expert berarti ahli,
artinya benar-benar menguasai satu keahlian. Bukan hanya sekedar menguasai suatu
keahlian, seorang expert mampu memberikan manfaat tidak hanya
bagi dirinya sendiri namun juga bagi orang lain.”
“No Pain, No Gain, No
Consequneces, No Choice”
Tak ada yang tak mungkin
“Impossible is not a fact.
It’s a opinion.
Impossible is not declaration.
It’s a dare.
Impossible is potential. It’s
temporary.
Impossible is nothing!.” – Muhammad Ali
Take Action
Mengambil langkah nyata dari
semua rencana indah kita tidak mudah, tapi harus dilakukan.
“Mungkin kita pandai menyusun
rencana, namun kita lebih pandai lagi antuk menundanya.”
“Action adalah pembeda antara
impian dan khayalan.”
“Talk is cheap, but Action is
priceless.”
“Ideas are Free, but Action is
priceless.”
Hadapi Rasa Takutmu!
Sering kali, kita ragu melangkah
maju, karena ketakutan tak beralasan atau diada-adakan. Seolah ketakutan itu
benar-benar nyata. Padahal berdasarkan penelitian,
“90% daripada apa yang
dikhawatirkan orang tidak pernah menjadi kenyataan.”
“Unreasonable Lear,
ketakutan yang ada di dalam bayangan kita saja, tak mewujud dalam kenyataan.”
Keyakinan-Visioner
“Seorang Visioner mampu melihat
lebih daripada matanya. Dia melihat dengan akalnya, dengan keimanannya.”
Contoh, bagaimana bagi Muhammad
Al-Fatih telah meyakini kalau Konstantinopel telah ditaklukan ketika Rasullah
SAW telah menyatakan. Maka, keyakinan itu menjadi visi besar dalam hidupnya.
“Tak ada impian yang terlalu
tinggi, yang ada hanyalah kemalasan bertopeng pesimisme.”
Hadapi saja!! Terus berpikir
Positif, Husnuzan!!
Banyak hal tak terduga terjadi
dalam hidup kita. Cobaan atau ujian, atau bahkan musibah dapat datang
kapan-pun.
“Kejadian mungkin takdir, namun
meresponnya adalah pilihan yang ada pada manusia.”
0 Comments