How to Master Your Habits: Hadapi Rasa Takutmu


How to master your habits

Setiap kita adalah kumpulan kesalahan (dosa) dan kebenaran (amal), keburukan dan kebaikan, karena kita tak pernah bisa lepas dari keduanyan. Disadari atau tidak, kedua sisi tersebut selalu ada pada kita karena kita bukanlah malaikat, yang tak memliki nafsu, dan selalu patuh pada kebaikan dan kebenaran, karena kita bukanlah syetan yang diperbudak nafsu, karena kita masih memiliki nurani, hati untuk memilih kebaikan dan kebenaran. Maka, setiap detik sisa perjalanan ini, selalu hadir kesempatan untuk melebihkan sisi baik kita, untuk menjadi pribadi lebih baik, segalanya dimulai dengan membiasakan diri akan kebaikan, sulit memang diawal, dan menjaga konsistensinya, tapi disitulah kita, sebagai manusia selalu memilki pilihan.

Buku ini menyadarkan kita betapa pentingnya mengendalikan habits/kebiasaan dan menerangkan bagaimana membentuk dan mengontrol kebiasaan-kebiasaan yang kita miliki untuk mencapai tujuan kita. Kita harus mengendalikan habits yang ada pada kita bukan sebaliknya, kita diatur oleh habits tersebut. Kita harus dapat menjaga habits baik dan membuang habits buruk. Agar kita menjadi manusia yang bernilai, karena nilai kita sebagai manusia ditentukan oleh habits yang ada pada kita. Orang-orang menilai kita berdasarkan habits yang kita miliki. So, Master Your Habits!! Tulisan ini berisi sedikit rangkuman buku tersebut.

Kenapa Habits?
Hal-hal yang tidak ‘biasa terjadi’ itu yang membuat kita takjub. Bagi orang-orang hebat/sukses melakukan hal istimewa/tak biasa adalah hal biasa. 

“Kita menilai seseorang dari habits/kebiasaannya karena kita (manusia) adalah gabungan beberapa habits.Habits adalah penentu kepribadian kita. Habits adalah pembentuk kepribadian kita di mata orang lain, yang membuat kita berharga di hadapan orang lain.”

“Seorang pemimpin memiliki habis yang lebih baik daripada yang dipimpinnya.” 

Orang-orang yang  bisa sholat tepat waktu, berjamaah dan selalu di Masjid walaupun sibuk, bagi saya itu ‘tidak biasa’ atau ‘luar biasa’. Para ilmuwan-limuwan muslim hebat dulu, yang menguasai ilmu agama, juga seorang yang cerdas di bidang-bidang lain, sungguh menginspirasi.
 Kunci dari menjadi ‘tidak biasa’, yang saya dapat dari buku itu adalah

“Membuat sesuatu yang ‘tidak biasa’ menjadi ‘biasa’ adalah dengan membiasakannya (habits). “
Lebih jauh
Habits menentukan berhasil tidaknya diri kita dalam hidup.”

Apa itu habits?

Habits adalah segala sesuatu yang kita lakukan secara otomatis, bahkan melakukannya tanpa berpikir. Proses otomatisasi terhadap respons disebut habits.”

Bayangkan jika perilaku-perilaku baik sudah menjadi habits kita.  Keren kan!! Secara spontan apabila ada kesempatan berbuat baik, pasti kita akan melakukannya tanpa berpikir. Sekali lagi, tanpa berpikir. Karena sering kali, karena terlalu banyak berpikir malah tidak jadi melakukannya.

“Rajin, kreatif adalah habits. Sukses, kaya adalah hasil dari habits.”

 “Habits ibarat autopilot pada diri manusia yang menentukan bagaimana merespon terhadap kondisi tertentu, atau pembiasaan respons terhadap kondisi tertentu. Penelitian menunjukkan dari 11.000 sinyal yang diterima otak manusia, 40% diproses secara sadar, 60% secara otomatis/refleks. 95% dari respons manusia terjadi secara otomatis”

Habits & Goal of Life

Habits yang ingin kita bentuk pasti adalah habits yang baik. Baik buruknya satu habits tergantung penilaian kita, yang dipengaruhi oleh pemikiran/ideologi atau dalam islam disebut aqidah.

“Pemikiran adalah pangkal daripada kepribadian, karena pemikiran yang menentukkan keyakinan, tujuan-cara pandang hidup sampai aktivitas”.

Jadi, pemikiran mengarahkan habits yang ingin kita bentuk. Bagi seorang muslim, tujuan hidup di dunia adalah untuk beribadah, karena keyakinan bahwa dunia hanya sementara. Oleh karena itu, selam hidup akan mengupayakan menjalankan perintah-perintah Allah SWT.

Berbeda pemikiran, maka akan berbeda cara memandang hidup. Bagi kaum materialis, “duit adalah segalanya”. Bagi kaum agak-materialis, muncul slogan “ duit bukan segalanya, tapi segalanya perlu duit.” atau dapat pula diartikan “kaya itu wajib”.

Nah, bagi muslim, “tidak dilarang kaya, tapi muslim akan lebih tertarik pada aktivitas-aktivitas yang mengantarkan pada tujuannya, bukan terjebak pada (usaha) mendapat perantaranya”
Kita adalah kumpulan-kumpulan habits” Jadi, Kita harus bisa punya kemampuan mengatur habits-habitstersebut, mempertahankan habits yang baik, membuang habits yang buru. Kita harus bisa memanipulasi habitskita untuk tujuan hidup, bukan sebaliknya.

Kunci dari mengarahkan/mengendalikan habits adalah ketegasan atau komitmen. Saat kita sudah mampu mengendalikannya, maka

Habits adalah pelayan kita, pekerja kita. Seandainya kita telah cukup mengajarinya, maka mereka akan melakukan hal itu secara otomatis.”

Agar perilaku dapat menjadi habits, maka perlu pengulangan dalam tempo waktu tertentu, hingga kita tanpa sadar telah terbiasa melakukannya, ya tanpa berpikir.

Habits adalah hasil daripada pengulangan suatu aktivitas diulang dalam ajang waktu yang lama.”

Habits dan Akal/Pemikiran

Pada bagian sebelumnya, pemikiran menentukan tujuan hidup, yang nantinya mempengaruhi pembentukanhabits yang sesuai. Nah, keberhasilan membentuk habits baru tidak terlalu dipengaruhi oleh pemikiran. 

“Dalam menciptakan habits, peran akal/pemikiran tidak dominan”. Faktor utama pembentuk habits adalahPractice (Latihan) dan Repetition (Pengulangan) yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu. 

Practice berfungsi menentukan apa yang kita lakuan sudah benar atau belum, dan Repetition akan menyempurnakannya.

Practice makes Rights, Repetition makes perfect” begitulah 

“Dalam manajemen, practice adalah efektivitas, repetition adalah efisiensi.”

Repetisi adalah kunci membentuk habits. Inilah fungsi ketegasan kita bermain, selalu komitmen dengan perubahan untuk membentuk habits baru.

“Setiap repits akan memperkuat habits, dan habits yang kuat akan menuntut repetisi” yang disebut Spiral of Habits.

Hal ini sesuai dengan perkataan Imam Syafi’i tentang syarat menguasai ilmu, yaitu:
Kecerdasan, bersemangat, kesungguhan, bekal (investasi) pembimbing, dan waktu yang lama. 

Instaling Habits

Dalam membentuk habits, hal tersulit adalah memulai. Kemudian konsistensi mengulangi habits. Ada 3 tips untuk mempermudah meng-instal habits, yang dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan dasar untuk memperkokoh tekad membentuk habits baru. Hal ini sesuai dengan perkataan Ibnu Syihab:
“Ilmu adalah gudang-gudang penyimpanan, dan pertanyaan adalah kuncinya.” Ketika telah cukup mempunyai kunci, maka semakin besar kemauan kita membukanya.

Ketiga pertanyaan itu adalah sbb:
1.       Why?  Why must I doing This?”
Pertanyaan why atau mengapa/kenapa, akan menjadi pendorong untuk melakukan sesuatu.
2.       What?  What do I Wat Exactly?”
Pertanyaan apa, “Apa yang saya inginkan sebenarnya?” akan menjadi daya tarik, karena dengan menjawab pertanyaan tersebut kita akan mendapat tujuan.
3.      How?  How many days?”
Pertanyaan tentang seberapa lama kita harus konsisten melakukan kegiatan habits (repetisi) sampai habits ter-instal dengan baik. Pada dasarnya semakin sulit habits yang ingin kita bentuk, semakin lama waktu yang dibutuhkan. Namun, berdasarkan pengalaman minimal dibutuhkan 30 hari. Analogi ini, seperti halnya kita berpuasa di bulan Ramadhan. Selama itu, kita dilatih untuk menjadi manusia-manusia yang lebih bertakwa. Melatih hawa nafsu dan lain-lain.

Motivasi Habits
Pada poin di atas, disebutkan  bahwa dalam membentuk habits baru dipengaruhi oleh motivasi (ditunjukkan pada poin 1 dan 2). Namun, jangan khawatir bahwa habits yang kita bentuk akan tetap kita dapatkan, walau tanpa motivasi. Kok bisa?? Iya, karena kuncinya adalah “practice” dan “repetition” yang dilakukan selama selang waktu tertentu (poin 3).
“InsyaAllah, dengan practice dan repetition, maka terpaksa atau sukarela habits akan terbentuk. Jadi bukan besarnya motivasi yang menentukan. Just, do It!.”
Habits kebanyakan terbentuk karena pengkondisian dan pembiasan habits.”

Luck dan Habits
Pernah dengar hukum aksi-reaksi, pelajar fisika SMA. Hukum tersebut, menjelaskan bahwa setiap gaya yang kita berikan ke suatu benda/bidang maka akan memunculkan aksi serupa tapi berlawanan. Atau pepatah, “barang siapa menanam benih, maka ia akan menuai buahnya.” Pada prinsipnya, setiap kebaikan ataupun keburukan pasti ada balasannya. Tentang kapan, itu urusan Sang pencipta, dimensi waktu. Hukum karma. Nah, begitu juga hubungan habits dan luck (keberuntungan).

“Luck is a part of habits.”

Keberuntungan identik dengan mendapatkan sesuatu kebaikan/pertolongan/bantuan tanpa kita duga. Nah, lawannya adalah kesialan. Jadi, apabila kita punya habits yang baik, maka kita semakin dekat dengan keberuntungan. Masuk akal, kan?

“Keberuntungan bukanlah sebuah kejadian acak dan kebetulan.”
“Ada sebab-sebab baik yang dilakukan sebelumnya keberuntungan datang.”
“Ciptakan keberuntungan dengan habits, jangan menunggu keberuntungan.”
“Keberuntungan adalah persiapan dikali kesempatan.”
“Persiapan dapat kita ‘pilih’.” Dimensi kita untuk mengusahakan berbuat baik.
“Kesempatan tidak dapat kita ‘pilih’.” Dimensi waktu, untuk menuai perbuatan baik kita.

To Be an Expert
Pada kondisi ini, habits telah terbentuk dan tertanam dengan baik. Selanjutnya adalah meningkatkan ‘level’-nya.
“Setelah habits terbentuk, kemudian dikembangkan menjadi expertise (keahlian).”
Pada tahap ini, kita mulai mengajarkan habits baik kita kepada orang lain.
Expert berarti ahli, artinya benar-benar menguasai satu keahlian. Bukan hanya sekedar menguasai suatu keahlian, seorang expert mampu memberikan manfaat tidak hanya bagi dirinya sendiri namun juga bagi orang lain.”

No Pain, No Gain, No Consequneces, No Choice

Tak ada yang tak mungkin 

Impossible is not a fact. It’s a opinion.
Impossible is not declaration. It’s a dare.
Impossible is potential. It’s temporary.
Impossible is nothing!.” – Muhammad Ali

Take Action
Mengambil langkah nyata dari semua rencana indah kita tidak mudah, tapi harus dilakukan.
“Mungkin kita pandai menyusun rencana, namun kita lebih pandai lagi antuk menundanya.”
“Action adalah pembeda antara impian dan khayalan.”
“Talk is cheap, but Action is priceless.”
Ideas are Free, but Action is priceless.”

Hadapi Rasa Takutmu!
Sering kali, kita ragu melangkah maju, karena ketakutan tak beralasan atau diada-adakan. Seolah ketakutan itu benar-benar nyata. Padahal berdasarkan penelitian,
“90% daripada apa yang dikhawatirkan orang tidak pernah menjadi kenyataan.”
Unreasonable Lear, ketakutan yang ada di dalam bayangan kita saja, tak mewujud dalam kenyataan.”

Keyakinan-Visioner
“Seorang Visioner mampu melihat lebih daripada matanya. Dia melihat dengan akalnya, dengan keimanannya.”
Contoh, bagaimana bagi Muhammad Al-Fatih telah meyakini kalau Konstantinopel telah ditaklukan ketika Rasullah SAW telah menyatakan. Maka, keyakinan itu menjadi visi besar dalam hidupnya.
“Tak ada impian yang terlalu tinggi, yang ada hanyalah kemalasan bertopeng pesimisme.”

Hadapi saja!! Terus berpikir Positif, Husnuzan!!
Banyak hal tak terduga terjadi dalam hidup kita. Cobaan atau ujian, atau bahkan musibah dapat datang kapan-pun.
“Kejadian mungkin takdir, namun meresponnya adalah pilihan yang ada pada manusia.”


0 Comments